Langsung ke konten utama

Polemik 'Drama Queen' dan Janji Anies-Sandi Setop Reklamasi

Jakarta - Pencabutan moratorium reklamasi di Teluk Jakarta oleh Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menimbulkan polemik. Adu pendapat pun terjadi antara Luhut dan wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno. Sandiaga bahkan menanggapi pernyataan Luhut bak 'Drama Queen'.

Silang pendapat ini bermula saat Luhut mengungkap adanya pertemuan dengan Sandiaga untuk membahas persoalan reklamasi. Setelah itu, keduanya sepakat untuk mengagendakan pertemuan lanjutan. Namun pertemuan itu tak jadi digelar sebab dibatalkan oleh Sandiaga.

"Beliau janji mau kita briefing. Beliau janji dua kali, tapi dua kali juga dibatalin. Ya mau gimana? Saya kan bagaimana pun lebih tua dari dia. Sederhananya begitu," ujar Luhut, tanpa menjelaskan detail waktu janji pertemuan itu," kata Luhut kepada wartawan di kantornya di gedung BPPT, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (17/10/2017).

Sandiaga pun angkat bicara soal pertemuan tersebut. Dia mengaku hanya menegaskan soal keterbukaan terkait proyek reklamasi.

"Sudah kita jelaskan, kami ada silaturahmi. Ada pembicaraan yang pertama kali kami dengar mengenai updating terakhir tapi yang kami ingin tekankan bahwa ini proses harus semua terbuka," kata Sandiaga kepada wartawan setelah mengunjungi SDN 07 Pagi Cawang, Jakarta Timur, Rabu (18/10/2017).

Dalam pertemuan itu, Sandiaga juga sempat menanyakan mengenai lapangan kerja yang akan dihasilkan dari proyek reklamasi. Kajian mengenai hal itu disebut belum jelas.

"Saya tanya satu hal saja belum ada jawaban yang pasti, lapangan kerja berapa yang diciptakan di sana. Lapangan kerja model apa yang diciptakan, kajiannya belum ada," tuturnya.

"Ya kayak drama queen ya. Ini teman sabar, tunggu pemda baru dilantik. Kita tahu tuntutan masyarakat, kita tahu tugas kita adalah hentikan reklamasi. Kita cari sebuah prosesi yang betul-betul sudah ditunggu oleh masyarakat. Jadi sabar teman-teman kita kaji dengan baik tidak tergesa-gesa. Kita pastikan bahwa semua untuk kemajuan bangsa," sambungnya.

Sandiaga menyebut pertemuan itu muncul atas usulan dari Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Sandiaga lah yang meminta waktu kepada Luhut untuk membahas proyek reklamasi.

"Jadi begini, pertama saya yang meminta bertemu atas usulan Pak Prabowo. Saya klarifikasi, saya yang justru meminta waktu Pak Luhut. Pak Prabowo menganjurkan saya waktu itu sebelum dilantik untuk menemui Pak Luhut," ujar Sandiaga di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (18/10/2017).

Pertemuan itu, kata Sandiaga, sebenarnya dilakukan bukan hanya sekali. Pertemuan pertama dilakukan Sandiaga dengan Luhut, sedangkan pertemuan kedua diwakili tim masing-masing.

"Saya sudah bertemu beliau dan untuk pembahasan teknisnya dilakukan oleh tim beliau. Saya sudah menunjuk juga perwakilan saya. Jadi tidak pernah ada undangan kepada saya, terus dua kali tidak hadir. Jadi saya klarifikasi, ada pertemuan lanjutan betul, dan itu ditangani oleh tim. Saya sudah di-updating juga," papar Sandiaga.

Sementara itu, Luhut menanggapi santai pernyataan Sandiaga soal 'Drama Queen'. Luhut juga tak merasa tersinggung dengan komentar dari wakil gubernur DKI Jakarta itu.

"Ya kalian (wartawan) itu yang nanya-nanya, ya jadi drama queen," tanggap Luhut di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/10/2017).

"Kenapa mesti tersinggung? Semua kalau diniati baik, nggak perlu ada yang tersinggung," sambung Luhut.

Luhut menegaskan pemerintah pusat dengan pemprov DKI tak berseberangan. Dia juga mempersilakan kepada siapapun yang ingin mengetahui terkait pencabutan moratorium reklamasi ini untuk bertemu secara langsung.

"Nggak ada bertolak belakang (antara pusat dan DKI). Kapan saja mereka mau bertemu, saya persilakan," tegasnya.

Lebih jauh, Luhut menjawab pernyataan Sandiaga soal nasib nelayan yang terdampak proyek reklamasi. Dia memastikan nelayan tak akan dirugikan dengan adanya reklamasi tersebut.

"Kita hitung dengan baik. Kalau masalah nelayan betul kita perhatikan, jangan sampai nelayan dirugikan. Itu dijamin pasti baik," ujar Luhut kepada wartawan di kantor Staf Presiden, Jl Veteran III, Jakarta Pusat, Rabu (18/10/2017).
(knv/jor)

Sumber: Detik

Komentar

Postingan populer dari blog ini

11 Janji Anies-Sandi Ini Patut Ditagih Warga Jakarta, Apa Saja?

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Gubernur DKI Jakarta-Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan-Sandiaga Uno memiliki banyak janji terhadap warga Jakarta. Keduanya kini segera menjabat gubernur dan wakil gubernur DKI, dan masyarakat bakal menagih janjinya. Pengamat politik dari Universitas Indonesia Rezza Haryadi mengatakan, Anies-Sandi mesti menepati janji-janjinya. Terutama, janji yang menyangkut kepentingan warga Jakarta dan banyak berpengaruh terhadap elektabilitasnya. "Harus ditepati dong. Kalau tak ditepati ya harus bisa menjelaskan secara detail ke publik apa alasannya," kata Rezza kepada Wartakotalive.com, kemarin. Inilah daftar 11 janji Anies-Sandi yang paling berpengaruh, menyangkut banyak warga Jakarta dan layak ditagih: 1. Memperluas manfaat Kartu Jakarta Pintar dalam bentuk Kartu Jakarta Pintar Plus , sehingga bisa digunakan pula oleh orang berusia 6-21 tahun yang tak sekolah, tapi memiliki keinginan mengikuti pelatihan keterampilan dan kursus.2. M

Mengingat Janji Anies-Sandi soal DP 0 Rupiah

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Dalam Negeri menjadwalkan pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (16/10/2017) pekan depan. Menjelang pemerintahan baru di DKI Jakarta, perlu diingat kembali sejumlah janji Anies-Sandi yang digaungkan pada masa kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017 silam. Salah satu janji yang menarik perhatian sebagian besar warga adalah program down payment (DP) 0 rupiah. Program ini awalnya diluncurkan Anies-Sandi dalam rangka mengatasi masalah kepemilikan hunian sebagian besar warga Jakarta, terutama mereka dari kalangan menengah ke bawah. Berdasarkan laman resmi Anies-Sandi, www.jakartamajubersama.com, tertera keterangan jumlah kepemilikan hunian di Jakarta baru 51 persen dari total warga Jakarta untuk rumah tapak dan hunian vertikal. Sedangkan 40 persen sisanya disebut berasal dari kalangan masyarakat miskin dan belum punya rumah atau hunian sendiri. Tujuan program ini ad

Menyimak Kembali Janji Anies - Sandi

Sumber: Detikcom